Mukaddimah
Hadits yang kita kaji kali ini
merupakan hadits yang agung dan patut untuk direnungi sekaligus diamalkan sebab
berisi tiga hal penting; bagaimana interaksi seorang hamba dengan Rabbnya,
interaksinya dengan dirinya sendiri dan interaksinya dengan orang lain.
Karena kehidupan kita tidak lepas dari tiga hal itu, maka selayaknya
memahami kandungan dari hadits ini sehingga dapat menjadi bekal di dalam meniti
kehidupan.
Naskah Hadits
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قاَلَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ." (رواه
الترمذي وقال: حديث حسن صحيح)
Dari Abu Dzarr, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi
Wa Sallam bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada dan
iringilah (balaslah) keburukan dengan kebaikan niscaya dia akan menghapusnya
serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR.at-Turmudzy, yang
berkomentar: Hadîts Hasan Shahîh)
Takhrij Singkat
Hadits ini diriwayatkan oleh at-Turmudzy yang menilainya Hasan,
Imam Ahmad dan ad-Dârimy.
Namun di dalam sanadnya terdapat jalur yang
terputus sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Rajab di dalam syarahnya.
Pesan Hadits
Di antara pesan hadits di atas: 1. Ia
merupakan hadits yang amat agung kedudukannya dan padat maknanya karena
mengandung prinsip-prinsip ba-gaimana berinteraksi dengan Allah dan juga dengan
sesama makhluk.
2. Bertakwa kepada Allah merupakan wasiat orang-orang
terdahulu dan yang datang kemudian serta merupakan sebaik-baik wasiat yang harus
dipesankan oleh seorang hamba. Allah Ta’ala berfirman, “Dan sungguh Kami
telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga)
kepada kamu, ‘bertakwalah kepada Allah.’” (Q.s.,an-Nisâ`:131)
Makna
Takwa adalah melakukan keta’atan dengan mengharap pahala dari Allah dan menjauhi
berbuat maksiat kepada-Nya karena takut jatuh ke dalam siksa Allah.
Takwa artinya melakukan perintah Allah sehingga Dia tidak kehilanganmu
kala memeintahkanmu dan menjauhkan larangan-Nya sehingga Dia tidak melihatmu
kala melarang-mu.
Buah Ketakwaan Kepada Allah
3.
Ketakwaan kepada Allah memiliki buah-buah yang amat besar baik di dunia maupun
di akhirat, di antaranya: a. Sebagai faktor keselamatan dari adzab Allah.
Hal ini sebagaimana firman-Nya, “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang
yang bertakwa.” (Q.s.,Maryam:72)
b. Sebagai faktor adanya
pertolongan dan penjagaan Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
berbuat kebaikan.” (Q.s.,an-Nahl:128)
c. Sebagai faktor yang
memastikan masuk surga. Hal ini sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai. Di tempat
yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (Q.s.,al-Qamar:54-55)
d. Merupakan salah satu faktor keterjagaan dari tipu daya musuh. Hal ini
sebagaimana firman Allah, “Jika kamu bersabar dan bertakwa niscaya tipu daya
mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudlaratan kepadamu.”(Q.s.Ali
‘Imrân:120)
e. Sebagai faktor meraih rizki, baik dalam waktu yang cepat
(segera) ataupun dalam waktu yang lambat (yang akan datang). Hal ini sebagaimana
firman-Nya, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya.”(Q.s.,ath-Thalâq:2,3)
f. Sebagai faktor
keterhindaran dari mala bencana dan berbagai krisis. Hal ini sebagaimana
firman-Nya, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar.” (Q.s.,ath-Thalâq:2)
g. Termasuk
salah satu dari penghapus dosa-dosa. Hal ini sebagaimana firman Allah, “Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah nsicaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala
baginya.”(Q.s.,ath-Thalâq:5)
Faktor-Faktor Meraih Ketakwaan
4. Di antara faktor meraih ketakwaan kepada Allah adalah: -
Menghadirkan rasa takut kepada Allah baik secara ter-sembunyi maupun
terang-terangan - Mengamalkan hal-hal yang wajib - Banyak berdoa -
Tidak bertransaksi dengan hal yang haram atau pun syubuhat
Al-Hasan
al-Bashry berkata, “Ketakwaan masih tetap ada pada orang-orang yang bertakwa
hingga mereka meninggalkan banyak hal-hal yang halal karena takut tergelincir ke
dalam hal yang haram.”
Pesan-Pesan Lainnya
5. Manusia
terkadang tergelincir, berbuat keliru, mengalami masa stagnan dalam berbuat baik
atau teledor dalam melakukan hak Allah. Oleh karena itu, Allah telah menjadikan
jalan bagi siapa saja yang mengalami hal demikian untuk merenungi apa yang telah
terjadi, yaitu bersegera melakukan perbuatan baik. Alalh Ta’ala berfirman,
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.”(Q.s.,Hûd:114).
Perbuatan ta’at apa saja atas izin Allah dapat memecahkan gelapnya ke-maksiatan.
6. Islam sangat menggalakkan terjadinya hubungan sosial antar sesama
manusia berdasarkan pergaulan yang baik dan akhlak yang mulia. Hal itu akan
berdampak positif terhadap individu dan masyarakat. Oleh karena itu, banyak
sekali nash-nash al-Qur’an maupun hadits yang menganjurkan agar berinteraksi
melalui akhlak seperti ini. Allah Ta’ala berfirman, “Jadilah engkau pema’af
dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh.” (Q.s.,al-a’râf:199) dan firman-Nya, “Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu
dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia.”(Q.s.,Fushshilat:34)
7. Seorang muslim wajib meneladani
Rasulullah SAW., yang telah dijelaskan Allah sifatnya dalam firman-Nya, “Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Q.s.,al-Qalam:4).
Dalam firman-Nya yang lain, Allah Ta’ala telah memerintahkan agar meneladani
beliau SAW., “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat.” (Q.s.,al-Ahzâb:21)
8. Sebaiknya seorang
muslim berusaha mendapatkan akhlak yang baik dan berpekerti dengannya sebab ilmu
hanya dapat diraih dengan belajar dan kelemahlembutan hanya dapat diraih dengan
berlemahlembut. Dan, di antara penopangnya adalah membaca Kitabullah, bergaul
dengan orang-orang shalih dan menjauihi majlis-majlis yang tidak baik.
(SUMBER: Manâhij Dawrât al-‘Ulûm asy-Syar’iyyah -Fi`ah an-Nâsyi`ah,
Hadîts- karya Prof.Dr.Fâlih bin Muhammad ash-Shagîr, et.ali.,
h.99-103)
|
0 komentar:
Posting Komentar